Penyelenggaraan pendidikan kader pemerintahan di lingkungan
Departemen Dalam Negeri yang terbentuk melalui proses perjalanan sejarah
yang panjang. Perintisiannya dimulai sejak zaman pemerintahan Hindia
Belanda pada tahun 1920, dengan terbentuknya sekolah pendidikan Pamong
Praja yang bernama Opleiding School Voor Inlandshe Ambtenaren ( OSVIA )
dan Middlebare Opleiding School Voor Inlandsche Ambtenaren ( MOSVIA ).
Para lulusannya sangat dibutuhkan dan dimanfaatkan untuk memperkuat penyelenggaraan pemerintahan Hindia Belanda. Dimasa kedudukan pemerintah Hindia Belanda, penyelenggaraan pemerintahan Hindia Belanda dibedakan atas pemerintahan yang langsung dipimpin oleh kaum atau golongan pribumi yaitu Binnenlands Bestuur Corps ( BBC ) dan pemerintahan yang tidak langsung dipimpin oleh kaum atau golongan dari keturunan Inlands Bestuur Corps ( IBC ).
Para lulusannya sangat dibutuhkan dan dimanfaatkan untuk memperkuat penyelenggaraan pemerintahan Hindia Belanda. Dimasa kedudukan pemerintah Hindia Belanda, penyelenggaraan pemerintahan Hindia Belanda dibedakan atas pemerintahan yang langsung dipimpin oleh kaum atau golongan pribumi yaitu Binnenlands Bestuur Corps ( BBC ) dan pemerintahan yang tidak langsung dipimpin oleh kaum atau golongan dari keturunan Inlands Bestuur Corps ( IBC ).
Pada masa awal kemerdekaan RI, sejalan dengan penataan sistem
pemerintahan yang diamanatkan oleh Undang Undang Dasar 1945, kebutuhan
akan tenaga kader pamong praja untuk melaksnakan tugas-tugas
pemerintahan baik pada pemerintah pusat maupun daerah semakin meningkat
sejalan dengan tuntutan perkembangan penyelenggaraan pemerintahannya.
Untuk memenuhi kebutuhan akan kekurangan tenaga kader pamong praja, maka
pada tahun 1948 dibentuklah lembaga pendidikan dalam lingkungan
Kementrian Dalam Negeri yaitu Sekolah Menengah Tinggi ( SMT ) Pangreh
Praja yang kemudian berganti nama menjadi Sekolah Menengah Pegawai
Pemerintahan Administrasi Atas ( SMPAA ) di Jakarta dan Makassar.
Pada Tahun 1952, Kementrian Dalam Negeri menyelenggarakan Kursus
Dinas C (KDC) di Kota Malang, dengan tujuan untuk meningkatkan
keterampilan pegawai golongan DD yang siap pakai dalam melaksanakan
tugasnya. Seiring dengan itu, pada tahun 1954 KDC juga diselenggarakan
di Aceh, Bandung, Bukittinggi, Pontianak, Makasar, Palangkaraya dan
Mataram. Sejalan dengan perkembangan penyelenggaraan pemerintahan yang
semakin kompleks, luas dan dinamis, maka pendidikan aparatur di
lingkungan Kementerian Dalam Negeri dengan tingkatan kursus dinilai
sudah tidak memadai. Berangkat dari kenyataan tersebut, mendorong
pemerintah mendirikan Akademi Pemerintahan Dalam Negeri (APDN) pada
tanggal 17 Maret 1956 di Malang, Jawa Timur. APDN di Malang bersifat
APDN Nasional berdasarkan SK Mendagri No. Pend.1/20/56 tanggal 24
September 1956 yang diresmikan oleh Presiden Soekarno di Malang, dengan
Direktur pertama Mr. Raspio Woerjodiningrat. Mahasiswa APDN Nasional
Pertama ini adalah lulusan KDC yang direkrut secara selektif dengan
tetap mempertimbangkan keterwakilan asal provinsi selaku kader
pemerintahan pamong praja yang lulusannya dengan gelar Sarjana Muda ( BA
).
Pada perkembangan selanjutnya, lulusan APDN dinilai masih perlu
ditingkatkan dalam rangka upaya lebih menjamin terbentuknya kader-kader
pemerintahan yang ” qualified leadership and manager administrative ”,
terutama dalam menyelenggarakan tugas-tugas urusan pemerintahan umum.
Kebutuhan ini mendorong pemerintah untuk menyelenggarakan pendidikan
aparatur di lingkungan Departemen Dalam Negeri setingkat Sarjana, maka
dibentuklah Institut Ilmu Pemerintahan ( IIP ) yang berkedudukan di Kota
Malang Jawa Timur berdasarkan Keputusan Bersama Menteri Dalam Negeri
dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 8 Tahun 1967, selanjutnya
dikukuhkan dengan Keputusan Presiden Nomor 119 Tahun 1967. Peresmian
berdirinya IIP di Malang ditandai dengan peresmian oleh Presiden
Soekarno pada tanggal 25 Mei 1967.
Pada tahun 1972 Institut Ilmu Pemerintahan ( IIP) yang berkedudukan
di Malang Jawa Timur dipindahkan ke Jakarta melalui Keputusan Menteri
Dalam Negeri Nomor 94 Tahun 1972. Pada tanggal 9 Maret 1972, kampus IIP
yang terletak di Jakarta di resmikan oleh Presiden Soeharto yang
dinyatakan : ” Dengan peresmian kampus Institut Ilmu Pemerintahan,
mudah-mudahan akan merupakan kawah candradimukanya Departemen Dalam
Negeri untuk menggembleng kader-kader pemerintahan yang tangguh bagi
Negara Kesatuan Republik Indonesia ”
Seiring dengan pembentukan IIP yang merupakan peningkatan dari APDN
Nasional di Malang, maka untuk penyelenggaraan pendidikan kader pada
tingkat akademi, Kementrian Dalam Negeri secara bertahap sampai dengan
dekade tahun 1970-an membentuk APDN di 20 Provinsi selain yang
berkedudukan di Malang, juga di Banda Aceh, Medan, Bukittinggi,
Pekanbaru, Jambi, Palembang, Lampung, Bandung, Semarang, Pontianak,
Palangkaraya, Banjarmasin, Samarinda, Mataram, Kupang, Makassar, Menado,
Ambon dan Jayapura.
Pada tahun 1988, dengan pertimbangan untuk menjamin terbentuknya
wawasan nasional dan pengendalian kualitas pendidikan Menteri Dalam
Negeri Rudini melalui Keputusan No. 38 Tahun 1988 Tentang Pembentukan
Akademi Pemerintahan Dalam Negeri Nasional. APDN Nasional kedua dengan
program D III berkedudukan di Jatinangor, Sumedang Jawa Barat yang
peresmiannya dilakukan oleh Mendagri tanggal 18 Agustus 1990. APDN
Nasional ditingkatkan statusnya berdasarkan Kepres No. 42 Tahun 1992
tentang Sekolah Tinggi Pemerintahan Dalam Negeri, maka status APDN
menjadi STPDN dengan program studi D III yang diresmikan oleh Presiden RI
pada tanggal 18 Agustus 1992. Sejak tahun 1995, bertititk tolak dari
keinginan dan kebutuhan untuk lebih mendorong perkembangan karier
sejalan dengan peningkatan eselonering jabatan dalam sistem kepegawaian
Republik Indonesia, maka program studi ditingkatkan menjadi program D
IV. Keberadaan STPDN dengan pendidikan profesi ( program D IV ) dan IIP
yang menyelenggarakan pendidikan akademik program sarjana ( Strata I ),
menjadikan Departemen Dalam Negeri memiliki dua (2) Pendidikan Pinggi
Kedinasan dengan lulusan yang sama dengan golongan III/a.
Kebijakan Nasional mengenai pendidikan tinggi sejak tahun 1999 antara
lain yang mengatur bahwa suatu Departemen tidak boleh memiliki dua atau
lebih perguruan tinggi dalam menyelenggarakan keilmuan yang sama, maka
mendorong Departemen Dalam Negeri untuk mengintegrasikan STPDN ke dalam
IIP . Usaha pengintegrasiaan STPDN kedalam IIP secara intensif dan
terprogram sejak tahun 2003 sejalan dengan dikeluarkannya UU No. 20
Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Pengintegrasian terwujud
dengan ditetapkannya Keputusan Presiden Nomor 87 Tahun 2004 tentang
Penggabungan STPDN ke dalam IIP dan sekaligus mengubah nama IIP menjadi
Institut Ilmu Pemerintahan ( IPDN ). Tujuan penggabungan STPDN ke dalam
IIP tersebu, selain untuk memenuhi kebijakan pendidikan nasional juga
untuk meningkatkan efektivitas penyelenggaraan pendidikan kader pamong
praja di lingkungan Departemen Dalam Negeri. Kemudian Kepres No. 87
Tahun 2004 ditindak lanjuti dengan Keputusan Mendagri No. 892.22-421
tahun 2005 tentang Pelaksanaan Penggabungan dan Operasional Institut
Pemerintahan Dalam Negeri, disertai dengan Peraturan Menteri Dalam
Negeri No. 29 Tahun 2005 Tentang Organisasi dan Tata Kerja IPDN dan
Peraturan Menteri Dalam Negeri 43 Tahun 2005 Tentang Statuta IPDN serta
peraturan pelaksanaan lainnya.
Sesuai dengan Peraturan Presiden Nomor 1 Tahun 2009 tentang Perubahan
Atas Keputusan Presiden Nomor 87 Tahun 2004 tentang Penggabungan
Sekolah Tinggi Pemerintahan Dalam Negeri ke dalam Institut Ilmu
Pemerintahan menjadi IPDN, Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 36 Tahun
2009 tentang Statuta Institut Pemerintahan Dalam Negeri dan Peraturan
Menteri Dalam Negeri Nomor 39 Tahun 2009 tentang Organisasi dan Tata
Kerja Institut Pemerintahan Dalam Negeri. Bahwa IPDN merupakan salah
satu komponen di lingkungan Kementerian Dalam Negeri yang melaksanakan
tugas menyelenggarakan pendidikan tinggi kepamongprajaan. Sejalan dengan
tugas dan fungsi melaksanakan pendidikan tinggi kepamongprajaan serta
dengan mempertimbangkan tantangan, peluang dan pilihan-pilihan strategik
yang akan dihadapi dalam lima tahun kedepan, Renstra IPDN 2010-2014
disusun dengan memperhatikan pencapaian program dan kegiatan yang
dilakukan agenda pembangunan pada lima tahun terakhir (2005¬2009), serta
kondisi internal dan dinamika ekternal lingkup IPDN.
Presiden Republik Indonesia pada tanggal 9 April 2007 mengeluarkan
kebijakan dengan menetapkan 6 (enam) langkah pembenahan yang segera
dilakukan untuk membangun budaya organisasi yang barn bagi IPDN.
Kebijakan Presiders memperoleh dukungan dad DPR-RI.
Untuk melaksanakan kebijakan pembenahan, Menteri Dalam Negeri telah
mengeluarkan serangkaian kebijakan yaku: 1. Instruksi Menteri Dalam
Negeri Nomor 1 Tahun 2007 tentang Pembenahan IPDN; 2. Keputusan Menteri
Dalam Negeri Nomor: 890.05-506 Tahun 2007 tentang Pembentukan Tim
Implementasi Pendidikan Kader Pemerintahan;
Pada tahap selanjutnya, ditetapkan Peraturan Presiden Nomor 1 Tahun
2009 tentang Perubahan Atas Keputusan Presiden Nomor 87 Tahun 2004
tentang Penggabungan Sekolah Tinggi Pemerintahan Dalam Negeri Ke Dalam
Institut Ilmu Pemerintahan menjadi IPDN mengamanatkan penataan sistem
pendidikan tinggi kepamongprajaan meliputi jenis pendidikan, pola
pendidikan, kurikulum, organisasi penyelenggara pendidikan, tenaga
kependidikan dan peserta didik serta pembiayaan. Pendidikan tinggi
kepamongprajaan selain diselenggarakan di Kampus IPDN Pusat Jatinangor,
serta Kampus IPDN di Cilandak Jakarta, jugs diselenggarakan di Kampus
IPDN Daerah yang menyelenggarakan program studi tertentu sebagai satu
kesatuan yang ticlak terpisahkan.
Untuk memenuhi persyaratan menjadi Institut, di IPDN telah dibentuk 2
(dua) Fakultas yaitu Fakultas Politik Pemerintahan yang terdiri dari 2
(dua) jurusan yaitu jurusan Kebijakan Pemerintahan dan Jurusan
Pemberdayaan Masyarakat; Fakultas Manajemen Pemerintahan yang terdiri
dari 4 (empat) jurusan yaitu Jurusan Manajemen Sumber Daya Aparatur,
Jurusan Pembangunan Daerah, Jurusan Keuangan Daerah, dan Jurusan
Kependudukan dan Catatan Sipil.
Kampus IPDN di daerah tersebut berdasarkan Peraturan Menteri Dalam
Negeri Nomor 39 Tahun 2009 tentang Organisasi dan Tata Kerja IPDN
ditetapkan: Kampus IPDN Manado, Kampus IPDN Kampus Makassar, Kampus IPDN
Pekanbaru, dan Kampus IPDN Bukittinggi, yang selanjutnya berdasarkan
Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor: 892.1¬829 Tahun 2009 ditetapkan
lokasi pembangunan kampus IPDN di daerah yaitu: di Kabupaten Minahasa
Provinsi Sulawesi Utara, di Kabupaten Gowa Provinsi Sulawesi Selatan, di
Kabupaten Rokan Hilir Provinsi Riau, dan di Kabupaten Agam Provinsi
Sumatera Barat, serta pada saat ini sedang dipersiapkan pengembangan
Kampus IPDN di Pontianak di Provinsi Kalimantan Barat, Kampus IPDN di
Mataram di Provinsi Nusa Tenggara Barat dan Kampus IPDN di Jayapura
Provinsi Papua.
Kampus IPDN di daerah sejak tahun 2009 telah melaksanakan operasional
pendidikan dengan kapasitas Praja 100 Praja setiap kampus dengan
penetapan Jurusan/Program Studi yaitu: pertama, Kampus IPDN di Kab. Agam
menyelenggarakan Program Studi Keuangan Daerah, Kampus IPDN di Kab.
Rokan Hilir menyelenggarakan program studi pembangunan daerah, Kampus
IPDN di Kab. Gowa menyelenggarakan Program Studi Pemberdayaan
Masyarakat, sedangkan kampus IPDN di Minahasa direncanakan
menyelenggarakan Program Studi Kependudukan dan Catatan Sipil.
Mulai tahun 2010 kebijakan Pendidikan Kepamongprajaan
dikonsentrasikan pada Program Diploma IV (D-IV) pada se¬mester I, II,
111, IV, V dan VI setelah masuk semester VI I dan VIII dilaksanakan
penjurusan dan pengalihan ke Program Strata Satu (S-1). Pada Kampus IPDN
di Cilandak Jakarta diselenggarakan Program Pascasarjana Strata Dua
(S-2) dan Strata Tiga (S-3), program profesi kepamongprajaan serta
kegiatan penelitian dan pengabdian masyarakat.
Fasilitas kampus
- Ruang kuliah: luas ruangan seluruhnya 8.820 m2 (64 ruangan yang terdiri dari 8 ruang besar dan 56 ruang kecil)
- Perpustakaan: luas ruangan 400 m2, koleksi 1947 judul, 48.375 eksemplar
- Laboratorium: luas ruangan seluruhnya 800 m2, laboratorium terpadu (komputer, bahasa, dan pemerintahan)
- Lembaga penelitian: ada ruangan untuk penelitian dan pengabdian kepada masyarakat (100 m2)
- Kegiatan mahasiswa: ada ruangan untuk kegiatan mahasiswa (720 m2). Untuk memberikan latihan praktik mengembangkan kemampuan kepemimpinan Praja disusun Organisasi Korps Praja, disebut Wahana Wyata Praja merupakan senat mahasiswa IPDN, Wahana Wyata Praja mempunyai Struktur Organisasi dan Tata Kerja-nya disesuaikan dengan Organisasi Pemerintahan Wilayah/Daerah. Pelabat-pejabat Korps disebut Gubernur Praja, Bupati/Walikota Praja, Camat Praja dan Kepala Desa/Lurah Praja dilengkapi dengan sekretariat masing-masing. Juga terdapat berbagai Unit Kegiatan Praja (UKP), yaitu: Drum band Gita Abdi Praja, Gerakan Pramuka, Wapa Manggala, Majalah Abdi Praja, Teater Persada, SAR, Sanggar Seni Praja, Informatika dan Komputer, Klub-klub Olahraga, dan lain-lain
- Fasilitas lain: ruang seminar/workshop (1.142 m2), ruang olahraga (1.656 m2), ruang studio (500 m2), ruang komputer (200 m2), ruang serbaguna/aula (3.306 m2), asrama mahasiswa (39.300 m2), Sarana dan Prasarana Pendidikan berupa ruang kantor, gedung menza (ruang makan), asrama (wisma praja), workshop, kamar sakit asrama, lapangan dan gedung olah raga, tempat peribadatan, gedung serba guna, lahan latihan pertanian dan perikanan, fasilitas untuk perbankan, koperasi, dan lain-lain.
- Fasilitas khusus: ruang perkantoran untuk operasional kegiatan pegawai IPDN, komplek perumahan pejabat dan dosen fungsional IPDN sebanyak 96 unit, asrama pengasuh sebanyak 1 unit, asrama Praja sebanyak 30 asrama, poliklinik Praja dan pegawai IPDN sebanyak 1 unit.
- Fasilitas umum: tempat ibadah (1 buah mesjid, 1 buah gereja Katolik, 1 buah gereja Protestan, 1 buah pura), tempat olahraga, 5 lapangan tenis, 1 lapangan sepak bola, 1 lapangan bulu tangkis, 1 lapangan basket, 1 lapangan squash, 1 lapangan voli, Fitness Centre, Koperasi Pegawai “Abdi Praja”, Wartel Koperasi Pegawai “Abdi Praja”, Bank Pembangunan Daerah Cabang Pembantu IPDN.
Program pascasarjana
Latar belakang
Program studi di STPDN yang semula berupa Diploma III sejak Tahun Akademik 1995/1996 ditingkatkan menjadi Program Diploma IV. Berdasarkan persetujuan Ditjen Perguruan Tinggi Nomor 1910/D/T/96 Tahun 1995
tentang Persetujuan Program D-IV STPDN dan KEPMENDAGRI No. 89 Tahun
1996 tentang Kurikulum Pendidikan D IV STPDN, dilaksanakan Program
Kurikulum D-IV dengan Bidang Studi Pemerintahan. Lulusannya mendapat
sebutan sebagai Sarjana Sains Terapan Pemerintahan (S.STP) dengan
Pangkat Penata Muda Golongan III/a.
Seiring dengan tuntutan kebutuhan sumber daya manusia berkualitas di
lingkungan Departemen Dalam Negeri dan Pemerintah Daerah, STPDN segera
merespons dengan membuka Program Pengembangan Pendidikan Magister (S2). Pendidikan Program Magister Administrasi
Pemerintahan Daerah (MAPD) didasarkan atas surat izin Direktur Jenderal
Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional No. 3765/D/T/2000 Tanggal 20 Oktober 2000 dan Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 429-373 Tahun 2001 Tanggal 18 September 2001 tentang Penyelenggaraan Program Pascasarjana di lingkungan DEPDAGRI. Pengembangan Program Magister Administrasi Pemerintahan Daerah sejalan dengan statuta dan RIP STPDN serta didukung dengan rencana strategis, arah kebijakan, tujuan dan sasaran organisasi.
Alasan pengembangan program studi
Terdapat beberapa alasan STPDN menyelenggarakan berbagai program
pendidikan baik yang bersifat diploma atau profesional maupun akademik
yaitu:
- Alasan program studi: Ditinjau dari sudut substansi pendidikan, STPDN diberi otoritas untuk menyelenggarakan program pendidikan Profesional dan Akademik, namun selama ini baru melaksanakan program Diploma IV Pemerintahan. Padahal dengan adanya Otonomi Daerah yang luas, nyata dan bertanggungjawab, diperlukan ahli-ahli pemerintahan daerah pada tingkat Magister.
- Alasan yuridis: Ditinjau dari kebijakan pendidikan tinggi kedinasan lembaga pendidikan di lingkungan Departemen Dalam Negeri serta berdasarkan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku (PP Nomor 60 Tahun 1999), terdapat cukup alasan yuridis untuk mempertahankan dan mengembangkan STPDN dengan membuka pendidikan S2.
- Alasan akademik: Ditinjau dari segi akademik, STPDN saat ini mempunyai otoritas, kapasitas dan kapabilitas untuk mengembangkan disiplin pemerintahan sebagai ilmu dan keahlian. Jumlah dan kualitas tenaga pengajar, perpustakaan maupun dukungan sarana maupun prasarana pendidikan untuk mengembangkan program-program lain di luar program D-IV cukup memadai.
- Alasan historis: STPDN yang berawal dari dua puluh APDN daerah berdasarkan KEPRES No. 42 Tahun 1992, mempunyai pengalaman luas dan strategis dalam pengelolaan pendidikan tinggi di jajaran Departemen Dalam Negeri, yang sejak awal mempunyai komitmen untuk mendidik kader Pimpinan Pemerintahan (Pamong Praja), melalui pendekatan Akademik dan Praktis. Untuk kepentingan tersebut, kurikulum disusun, disesuaikan dan ditingkatkan berdasarkan kebutuhan dan tuntutan keilmuan, keterampilan dan kepribadian guna melaksanakan tugas di lingkungan Pemerintahan Dalam Negeri secara proporsional dan profesional.
- Alasan empiris: Alumni STPDN Program D-III dan D-IV sampai Angkatan Ke-XII berjumlah 8.496 orang dengan penugasan yang tersebar pada seluruh propinsi di Indonesia. Di antara mereka secara terbatas sudah melanjutkan S1 dan S2 di Perguruan Tinggi Negeri atau Swasta. Mereka pada umumnya telah menduduki jabatan pada jenjang menengah ke bawah pada jajaran pemerintahan provinsi maupun daerah kabupaten/kota. Dengan demikian terbuka peluang untuk menampung hasrat alumni untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang lebih tinggi sesuai tuntutan kebutuhan kedinasan.
sumber : id.wikipedia.org