Diberdayakan oleh Blogger.

Perjalanan Ini Kami Sebut ''Ekspedisi Argopuro''


Gunung Argopuro atau Rengganis merupakan salah satu wisata alam yang memiliki banyak puncak dan sejuta pesona yang belum terungkap. Beberapa puncak disini mempunyai struktur geologi tua dan sebagian yang lainnya lebih muda. Puncak Argopuro atau Rengganis berada pada ketinggian 3.088 m dari permukaan laut. Untuk mendaki hingga sampai ke puncak ada beberapa jalur yang bisa kita lalui, antara lain lewat Desa Baderan, Kecamatan Sumbermalang, Kabupaten Situbondo atau lewat Desa Bremi, Kabupaten Probolinggo. Tetapi dianjurkan lewat Desa Baderan, karena lebih cepat aksesnya untuk sampai ke Puncak Rengganis.
Untuk dapat mencapai puncak Rengganis yang memiliki pesona eksotik dan nilai historis ini, setelah kita berjalan kurang lebih 4 jam rnelalui perkebunan Damar dan hutan tropis serta menelusuri jalan setapak, maka kita menemui lapangan terbang bernama ‘Cikasur’. Lapangan terbang ini, konon peninggalan kolonial Belanda. Di lokasi ini biasanya kita dapat mendirikan tenda dan bermalam di sekitar lapangan. Setelah kita bermalam di tempat ini, pagi harinya, kita dapat meneruskan pendakian dengan menempuh perjalanan sekitar 6 jam dan sampailah di Puncak Argopuro atau Puncak Dewi Renganis.
Salah satu anggota IKAPTK Situbondo, Dadang Aries Bintoro, S.Sos, M.Si (06) seminggu sebelum posting artikel ini telah melakukan perjalanan ke Puncak Argopuro. Selaku Camat Sumbermalang yang masih terhitung beberapa bulan menempati jabatan tersebut, beliau mengorganisir anggota muspika Sumbermalang dan beberapa pemuda setempat untuk melakukan perjalanan yang mereka sebut "Ekspedisi Argopuro". Berikut kisahnya yang langsung ditulis oleh beliau.


Perjalanan dimulai start dari Kantor Kecamatan Sumbermalang. Perjalanan ini dibagi 2 rombongan. Rombongan pertama, adalah para Pegawai Kecamatan Sumbermalang, Anggota Polsek, Pegawai UPTD Pendidikan dan beberapa tokoh pemuda, terdiri dari 15 orang, masing-masing siap dengan kendaraan motor roda dua masing-masing. Rombongan pertama merencanakan akan mengadakan perjalanan Cikasur dan Gunung Argopuro, sehingga berangkat mulai Hari Jumat 19 September 2014 sampai hari minggu. Sedangkan rombongan kedua adalah Pegawai Dinas Kesehatan Kabupaten Situbondo didampingi Pegawai Puskesmas Sumbermalang dan beberapa klub motor trail Situbondo.

Rombongan pertama berangkat beriringan menyusuri jalan Desa Tlogosari dan baderan sebelum melewati gapura Masuk Kawasan Wisata Gunung Argopuro. Dari pertigaan ini perjalanan jalan aspal hanya sekitar 200 meter, kemudian berbelok ke kiri menapaki jalan makadam bebatuan yang sangat tidak nyaman dilewati. Sekitar 2,5 km rombongan menapaki jalan berbatu yang menyusuri lereng bukit yang banyak ditumbuhi dengan tanaman jagung dan tembakau.
Pemandangan sebelum masuk hutan
Perjalanan mulai memasuki kawasan hutan. Jalan terjal ekstrem mulai sering ditemui, suara knalpot iring-iringan motor rombongan meraung-raung menantang jalan tanjakan. Hanya beberapa motor yang menggunakan tampilan standar pabrikan, selebihnya sudah mengalami modifikasi, antara lain, tampilan motor sudah protolan, knalpot diganti knalpot racing/brong, ban diganti ban trail, dan yang paling penting, gir sudah diganti gir kecil didepan dan gir besar di belakang, sehingga jalan seterjal apapun, dengan mudah dilalap si motor trail.

Penampakan Trail

Doroong..
Masih menyusuri hutan yang semakin lebat dan gelap, jalan setapak yang dilalui mewajibkan pengendara harus ekstra hati-hati. Satu jam terlewati, sampai di Pos I yang disebut Mata Air Satu, beberapa pengendara terlihat kelelahan setelah melewati jalan tanjakan ekstrem. Walaupun berkendara motor, namun dibutuhkan kekuatan tangan dan kaki untuk mengendalikan motor agar tetap pada jalur sempit. Dilaporkan beberapa pengendara sempat terjatuh di tanjakan-tanjakan ekstrem.  Beberapa motor juga perlu penanganan mekanik karena kerusakan akibat dipaksakan melalap tanjakan terjal.
Tingkat kesulitan tinggi
Perbaikan motor beberapa kali dilakukan


Pemandangan indah di kanan kiri rombongan tidak bisa dinikmati karena pengendara harus konsentrasi penuh mengendalikan motornya.
Jam kedua terlewati, rombongan tiba di trek paling berat, yang disebut Markandhang. Jalur berupa jalan terjal panjang, perlu keberanian, ketahanan fisik dan konsentrasi tinggi untuk melewatinya. Tanpa istirahat, rombongan terus melaju menyusuri hutan lebat. Setengah jam terlewati, rombongan tiba di lapangan sabana pertama. Pemandangan rumput sabana luas terhampar seperti tidak berujung. 

Penampakan Sabana pertama

Melewati sabana pertama, rombongan masuk hutan lagi, dengan jalan berkelok naik dan turun. Setelah perjalanan melelahkan, rombongan sampai di Cikasur, di sini terdapat sebuah lapangan datar yang lebih luas lagi dari pada lapangan rumput sabana yang pertama. Konon ceritanya dahulu pada jaman Belanda akan dibangun sebuah lapangan terbang. Masih terdapat sisa-sisa pondasi landasan, dan sisa-sisa bangunan yang sering dipakai untuk mendirikan tenda.



 Di Cikasur terdapat sungai yang sangat jernih. Beberapa pengendara langsung berhamburan turun ke sungai sekedar membersihkan muka dan melepas dahaga.

Sungai Cikasur, ditumbuhi tanaman ‘Harnung’ (tanaman salada air)

Sungai Cikasur, dari sisi lain
Rombongan satu per satu datang dan segera menyiapkan tempat untuk istirahat di pondok bekas reruntuhan bangunan. Malam itu ditemani api unggun, rombongan menyantap ikan bakar berame-rame sambil bercengkrama mengingat perjalanan melelahkan tadi sore.

Bekas reruntuhan bangunan yang biasa digunakan pendaki untuk menginap

Satu per satu rombongan datang, Honda Win diantara motor modif,…nyampe juga

Langsung bakar ikan

Dua lutung mengawasi basecamp, mungkin mencium ikan bakar

Keesokan paginya, 6 (enam) orang rombongan pertama melaksanakan perjalanan jalan kaki ke Puncak Rengganis. Selebihnya menunggu di basecamp menunggu keenam orang dari puncak rengganis dan rombongan kedua dari dinas kesehatan yang informasinya berangkat ke cikasur dari Puskesmas Sumbermalang pukul 07.00 WIB.
Dari Cikasur menapaki padang rumput sabana. Perjalanan dimulai pukul 07.15, udara masih terasa dingin tetapi tidak dirasakan karena badan sudah mulai berkeringat dengan perjalanan yang terus menanjak.
Perjalanan yang melelahkan terbayar dengan pemandangan padang rumput yang indah. Setelah berjalan sekitar tiga jam melewati beberapa padang rumput akan mendaki dua bukit yang banyak terdapat pohon-pohon sisa kebakaran hutan. Di tempat ini edelweis dan beberapa jenis bunga banyak tumbuh dan bunganya mulai bermekaran. 

Pemandangan Cikasur dari atas bukit (pada musim kemarau)

Istirahat sekedar meluruskan kaki

Aneka bunga bermekaran  (1)

Aneka bunga bermekaran (2)
Aneka bunga bermekaran (3)

Rombongan sering terpisah jarak amat jauh
Setibanya dipuncak bukit, sudah terlihat jelas dua puncak gunung, yaitu yang tertinggi adalah Puncak Gunung Argopuro, dan sisi kirinya yang lebih rendah adalah Puncak Rengganis. Selanjutnya kami menyusuri lereng gunung yang berada di sisi jurang yang sangat dalam.

Puncak Rengganis
Puncak Rengganis dan Puncak Argopuro
Keluar masuk hutan lebat
Di sepanjang jalur ini hutan sangat lebat dan masih banyak terdapat binatang-binatang, seperti lutung dan aneka burung. Jalur ini sangat berbahaya karena rawan longsor dan banyak pohon-pohon tumbang, sementara di sisi kiri kami jurang yang sangat dalam.

Kelompok Lutung sering terlihat di sepanjang jalan ke puncak
Selanjutnya kami tiba di ujung bukit, menuruni bukit yang sangat terjal, perlu kecermatan berpijak agar tidak terpeleset.

Turunan terjal
Setibanya di dasar, kami tiba di sungai yang airnya berlimpah. Air sungai di sini segar rasanya tetapi agak masam, karena seperti sedikit terkontaminasi belerang. Setelah menyebrangi sungai kami telah sampai di Cisentor yang merupakan pertigaan besar bertemunya 2 jalur pendakian, yaitu jalur Bremi, Probolinggi dan jalur Baderan. Tempatnya lumayan luas. Bila melihat lingkungan sekitar cisentor, banyak dijumpai bekas istirahat para pendaki. Di Cisentor terdapat gubuk, yang bisa digunakan istirahat sementara sembari bersih-bersih diri di sungai Cisentor.

Pondok Cisentor, full coretan (termasuk penulis, yang mana, hayo?)
Disini semangat lebih tinggi karena tempat ini sudah sangat dekat dengan Puncak Argopuro. Setelah puas istirahat, perjalanan dilanjutkan lagi menuju puncak. Cisentor ke puncak memakan waktu 3 jam, dengan variasi medan, semak pendek, sabana, hutan edelweis, dan jalur yang cukup landai. Dari cisentor kita akan masuk hutan semak, dan melewati sabana kecil sampai kita masuk sabana besar yang ada aliran sungainya. Terlihat sungainya menguning karena pengaruh belerang yang cukup kuat.

Aliran sungai yang menguning karena belerang
Pemandangan kiri kami disuguhi Puncak Argopuro yang terlihat semakin dekat. Ternyata untuk tiba ke Puncak Rengganis, kami harus menyusuri dan melingkari Puncak Argopuro, sehingga terlihat kami mendekat ke Puncak Argopuro tapi malah menjauh dari Puncak Rengganis.

Puncak sudah dekat
Dari padang rumput berbelok ke kanan mendaki lereng terjal yang berdebu dan banyak pohon tumbang sisa kebakaran. Masker yang kami gunakan sangat menolong karena debu yang tebal di sepanjang perjalanan. Di banyak tempat kami temui tanah gembur bekas babi hutan mencari cacing. Sehingga perjalanan ini juga kami waspadai apabila bertemu dengan kawanan babi hutan. Selanjutnya sedikit turun kami melintasi sungai yang kering dan berbatu. Kembali mendaki bukit yang terjal, kami berjumpa dengan padang rumput dan padang edelweis yang sangat indah. Kami lihat jam sudah menunjukkan pukul 12.30. Tidak terasa hampir 6 jam kami berjalan. Di depan sudah nampak Puncak Argopuro. Kami putuskan beristirahat sejenak melepas lelah dan letih di bawah pohon-pohon pinus yang rindang, sambil menunggu lengkapnya kelompok yang sempat terpisah. Setelah lengkap kami meneruskan perjalanan yang tinggal beberapa langkah,… 
"Betapa besar ciptaan Sang Pencipta, betapa kecilnya kita. Gunung Argopuro, salah satu anugerah alam untuk Indonesia tercinta, untuk Situbondo dan untuk Sumbermalang".

Perjalanan Pulang
Kabut tebal turun dengan cepat. Kami putuskan, karena dikhawatirkan terjadi hal-hal yang tidak diinginkan maka kami segera turun gunung pulang menghindari kabut. Ada dua alternatif perjalanan pulang kembali ke Cikasur, pertama lewat jalan berangkat, dan yang kedua melewati jalur semeru. Dengan berbagai pertimbangan, kami putuskan untuk kembali sejalan dengan jalan berangkat. Dengan cepat kami menyusuri jalan kembali ke Cisentor. Perjalanan pulang tidak seberat perjalanan berangkat, karena jalan sudah menurun, tetapi tetap melelahkan dan meletihkan. Jalan paling berat adalah jalan terjal dari Pos Cisentor. Setiap tiga atau empat langkah berhenti sekedar untuk mengambil napas. Sampai di atas kami masih harus mengitari punggung bukit yang lebat dan perlu kewaspadaan yang tinggi dalam melangkah, karena sesekali kami harus melewati pohon-pohon besar yang tumbang.

Kapolsek Sumbermalang
Perjalanan mengitari bukit cukup melelahkan karena jalan selalu menanjak. Sesampai di puncak bukit, jalan sudah mulai datar dan landai. Sejak itu, perjalanan menjadi perjalanan yang menyenangkan, karena tidak sangat menguras tenaga. Jarak tempuh yang jauh membuat kami beberapa kali harus berhenti dan sekedar merebahkan diri di rumput sabana untuk melepas lelah dan meneguk air menghilangkan dahaga.

Setelah beberapa kali melewati sabana dan keluar masuk hutan, tibalah kami di ujung perjalanan. Cikasur sudah terlihat dari atas bukit. Pemandangan Cikasur dari atas merupakan pemandangan yang sangat menakjubkan, terlihat padang rumput sabana yang maha luas. Lapangan udara yang dahulu dipergunakan oleh Belanda membuktikan bahwa Gunung Argopuro merupakan wilayah yang memiliki kandungan kekayaan mineral, karena tidak mungkin Belanda bersusah payah membangun lapangan terbang di tengah gunung jika bukan untuk sesuatu hal yang sia-sia. Tugas generasi kita yang menjadi penerus bangsa untuk menjaga kekayaan warisan bangsa ini.

Pemandangan Cikasur dari atas bukit (1)
Pemandangan Cikasur dari atas bukit (2)
Pemandangan Cikasur dari atas bukit (3)
Pemandangan Cikasur dari atas bukit (4), basecampnya sudah terlihat
Pemandangan Cikasur dari atas bukit (5)
Pelaku Ekspedisi
Pelaku Ekspedisi Juga ( Kepala Desa Plalangan )
Mas Iwan (UPTD Pendidikan Sumbermalang) dan Petinggi Plalangan
Iki lakone.., Pak manteb
Kepala Puskesmas Sumbermalang (jaket biru), Rombongan Kedua
Limited ExpeDition



Begitulah oleh-oleh sekelumit cerita yang kami sebut Ekspedisi Argopuro. Akhirnya kami sampai kembali ke Graha Rengganis Pendopo Kecamatan Sumbermalang, untuk beristirahat dan melaksanakan aktivitas dinas sebagai pelayan masyarakat dalam keseharian. Semoga dengan cerita ini dapat membangkitkan rasa cinta kita terhadap kekayaan alam Daerah kita, Kabupaten Situbondo khususnya dan Tanah Air Indonesia pada umumnya. Ingat, kita dulu dijajah bangsa asing karena kekayaan alam kita yang melimpah, jangan sampai kekayaan alam ini tidak dapat kita lestarikan dan manfaatkan sebaik-baiknya untuk kesejahteraan bangsa ini tentunya.


 
Akhir Perjalanan ( Graha Rengganis Pendopo Kecamatan Sumbermalang )

Penulis :

DAB (06.4308)

dadangariesbintoro@gmail.com
sumbermalang@situbondokab.go.id

Artikel Terkait

3 komentar :

  1. Perjalanan yang seru dan menyenangkan ya, jadi ingin mencobanya juga.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terima kasih sudah berkunjung di Blog kami.
      Jika ingin mencoba bisa langsung menghubungi email Penulis di akhir postingan :)

      Hapus
  2. Ayo diagendakan segera, awal tahun apa bagus cuacanya? Mumpung sepi penggawean (sing sepi)....

    BalasHapus

Terima kasih telah berpartisipasi

 

Profil Kami

Flag Counter